Ulama Sepakat Peringatan Isra’ Mi’raj Adalah Bid’ah
Kapan terjadinya Isra Mi'raj ? Maka, para ulama berbeda pendapat tentang waktu terjadinya Isra' dan Mi'raj dengan pendapat yg beraneka ragam.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: ”Tidak ada dalil yang tegas yang menyatakan terjadinya Isro’ Mi’roj pada bulan tertentu atau sepuluh hari tertentu atau ditegaskan pada tanggal tertentu. Bahkan sebenarnya para ulama berselisih pendapat mengenai hal ini, tidak ada yang bisa menegaskan waktu pastinya.” (Zaadul Ma’ad, 1/54)
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah menukil dari Ibnu Dihyah, beliau mengatakan: "Sebagian tukang cerita menyebutkan bahwasanya isra' terjadi pada bulan Rajab. Beliau mengatakan: itu adalah dusta". (Tabyiinul Ajab bimaa Waroda fi Syahri Rojab 3)
Imam Abu Syamah menegaskan: "Sebagian tukang cerita menyebutkan bahwa Isra Miraj terjadi pada bulan Rajab. Hal itu menurut ahli hadits merupakan kedustaan yang amat nyata". (Al-Baits ala Inkar Bida' wal Hawadits hal.171)
Syaikh Ibnu Baz rahimahullah mengatakan: "Ucapan orang yang mengatakan, bahwasanya (isra' mi'raj) terjadi pada malam 27 bulan Rajab adalah ucapan batil, yang tidak ada dalilnya dalam hadits-hadits shahih". (Majmu' Al-Fatawa 1/192)
Sedangkan mengenai peringatan isra mi'raj, maka para Ulama sepakat bahwa peringatan isra mi’raj adalah bid’ah. Seandainya peringatan isra' miraj itu disyariatkan tentulah Rasulullah dan para sahabatnya telah menerangkannya kepada umat ini, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan. Namun karena kenyataannya tidak demikian, maka diketahui bahwa merayakannya dan memuliakannya sama sekali bukan termasuk ajaran Islam. Karena agama Islam telah sempurna. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3)
Ibnul Qayim menukil keterangan Syaikhul Islam Ibn Taimiyah, yang mengatakan, “Tidak diketahui dari seorang-pun kaum muslimin, yang menjadikan malam Isra’ Mi’raj lebih utama dibandingkan malam yang lainnya. Lebih-lebih menganggap bahwa malam Isra’ lebih mullia dibandingkan lailatul qadar. Tidak seorangpun sahabat, maupun tabi’in yang mengkhususkan malam Isra’ dengan kegiatan tertentu, dan mereka juga tidak memperingati malam ini. Karena itu, tidak diketahui secara pasti, kapan tanggal kejadian Isra’ Mi’raj.” (Zadul Ma’ad, 1/58 /59)
Ibnu Nuhas mengatakan, “Memperingati malam Isra’ Mi’raj adalah bid’ah yang besar dalam urusan agama. Termasuk perkara baru yang dibuat-buat teman-teman setan.” (Tanbihul Ghafilin hal.379-380. Dinukil dari Al Bida’ Al Hauliyah hal.138)
Ibnul Haaj rahimahullah mengatakan: ”Diantara ajaran yang tidak ada tuntunan yang diada-adakan di bulan Rajab adalah perayaan malam Isro’ Mi’roj pada tanggal 27 Rajab.” (Al Bida’ Al Hawliyah, 275)
Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata, “Perayaan malam isra’ mi’raj, malam nisfu Sya’ban, perayaan tahun baru hijriyyah (peringatan hijrah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam), atau fathu Makkah dan perang Badar, semua itu termasuk bid’ah (mengada-ada dalam agama), karena perkara-perkara ini terjadi di masa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam namun beliau sendiri tidak merayakannya.
Andaikan perayaan itu termasuk pendekatan diri kepada Allah ta’ala tentunya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah merayakannya, atau memerintahkan para sahabat untuk merayakannya atau para sahabat sendiri yang merayakannya sepeninggal beliau, maka tatkala Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan sahabat tidak merayakannya kita pun mengetahui bahwa itu adalah bid’ah atau tidak disyari’atkan. Dan perayaan-perayaan ini tidaklah dibenarkan walau tokoh-tokoh tertentu melakukannya, atau negeri tertentu melakukannya, semua itu bukan dalil yang membolehkan, dalil itu hanyalah ucapan Allah dan Rasul-Nya, atau atau ijma’ Salaf umat ini atau amalan Al-Khulafa Ar-Rasyidin radhiyallahu’anhum.” (Fatawa Nuur ‘alad Darbi, 3/101)
Syaikh Dr. Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata: "Merayakan Isra' Mi'raj pada malam ke-27 Rajab bukan termasuk bagian agama sama sekali, tetapi termasuk bid'ah yang diada-adakan.
Alasannya,
Pertama: Penentuan malam tersebut tidak berdasarkan dalil?
Kedua: Seandainya dipastikan bahwa pada malam tersebut terjadi peristiwa Isra' Mi'raj, namun Allah Jalla wa Ala tidak pernah mensyariatkan kepada kita agar kita memperingatinya pada malam tersebut"? (https://twitter.com/SFawzaan/status/984435315392876546?s=19)
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
_______
Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF
Telegram: http://t.me/Manhaj_salaf1
Youtube: http://youtube.com/ManhajSalafTV
Group WhatsApp: wa.me/6289665842579
Twitter: http://twitter.com/ittibarasul1
Instagram: http://Instagram.com/ittibarasul1
Facebook: http://fb.me/ittibarasul1
Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.
Wahabi bloon
BalasHapusPeringatan isra mi,raj dianggap bid,ah. Tetapi halowen, dibukanya kota madain saleh yang oleh nabi dihindarinya, serta dibukanya pantai bebas berbikini , juga dibukanya kota meom yang melegalkan minuman keras oleh pemerintah arab saudi ,para ulama wahai tidak berani beraksi.
BalasHapusSemoga Allah menjaga kita dari amukan ahlul bid'ah sesat..
BalasHapusBerbeda pendapat itu boleh,yg tidak boleh adalah memvonis orang bid'ah dan sesat ketika orang lain tidak mengikuti pendapat kita.. kita mempunyai kemampuan terbatas untuk mengetahui niat orang lain,klw niat nya untuk memdekatkan diri kepada Allah dan rasulnya apakah itu di sebut bid'ah,sedangkan dalam isra mi'raj orang zikir jamaah,shalawat jamaah dan membangkitkan tali silaturrahmi,sedekah dan hal kebaikan lainnya,tolong jelaskan darimana bid'ah nya.terimakasih
BalasHapus