Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hukum Shalat Mengenakan Cadar






Oleh Ustadz Berik Said Hafizhahullah

Masih saja banyak pertanyaan ke ana wanita shalat dengan memakai cadar. Berikut penjelasannya:

Menutup mulut atau hidung dalam bahasa Arab disebit At Talatstsum (التَّلَثُّمُ). At talatstsum mencakup cadar/niqab, purdah, masker dan sebagainya.

Hukum At-Talatstsum Saat Shalat


Hukum asal at talatstsum saat shalat makruh.

Dalil Yang Menunjukkan Dibencinya Shalat Dalam Keadaan At-Tatatstsum


Abu Hurairah radhihallahu 'anhu berkata:

نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُغَطِّيَ الرَّجُلُ فَاهُ فِي الصَّلَاةِ

"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang menutupi mulutnya ketika shalat". [HR. Abu Daud no.643, Ibnu Majah no.966, Ibnu Hibban no.2353. 'Alaud Din Al-Mughlothi rahimahullah dalam Syarah Sunan Ibnu Majah III:593, menganggap hadits ini shahih dan dihasankan oleh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Ibnu Majah 798]

Sejumlah Atsar Yang Menunjukkan Dibencinya Talatstsum


1) Atsar yang bersumber dari Sa’id bin Musayyab dan Ikrimah:

أَنَّهُمَا كَرِهَا أَنْ يَتَلَثَّمَ الرَّجُلُ فِي الصَّلَاةِ

"Sesungguhnya mereka berdua membenci talatstsum dalam shalat". [Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 7307]

Sa’id bin Musayyab rahimahullah beliau adalah seorang tabi'in yang amat mulia, yang lengkapnya adalah سعيد بن المسيب المخزومي القرشي (Sa'id bin Musayyab Al Makhzumi Al-Qurosyi). Lahir 14 H / 637 M, dan wafat 94 H/715 M. Beliau dikenal sebagai pakar tafsir, hadits, dan fiqh. Beliau juga dikenal sebagai ahli ta'wil mimpi. http://ar.wikipedia.org/wiki/ سعيد_بن_المسيب

Ikrimah rahimahullah, beliau adalah أبو عبد الله عكرمة بن عبد الله البربري المدني Seorang tabi'in terkemuka, pelayan Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhu. Lahir 105 H/723 M, dan wafat tahun 105 H di Madinah. Beliau banyak belajar dari Ibnu 'Abbas radhiallahu 'anhu terutama dalam masalah Al-Quran. Beliau dikenal sangat mumpuni dalam tafsir, hadits, dan fiqh, terlebih lebih dalam bidang tafsir, maka Imam Syafi'i rahimahullah pernah berkata: " ما بقي أحد أعلم بكتاب الله من عكرمة . Tidak tersisa seorangpun yang lebih memahami Kitab Allah dari 'Ikrimah".
http://ar.wikipedia.org/wiki/ عكرمة_البربري

2) Pernyataan senada dengan dua Imam di atas juga dikatakan oleh sejumlah Ulama tabi’in lainnya, diantaranya:

Thowus rahimahullah (Mushanaf Ibnu abi Syaibah 7308), beliau adalah طاووس بن كيسان اليماني الهمداني (Thowus bin Kisani al Yamani al Hamdani), seorang tabi'in mulia yang kunyahnya adalah Abu 'Abdur Rohman. Menurut Adz Dzahabi rahimahullah beliau dilahirkan pada era kekhilafahan Utsman radhiallahu 'anhu atau setelah itu, dan wafat tahun 100 H. Ibu beliau keturunan Persia, sementara ayahnya dari Qosith. Thowus yang berarti burung merak merupakan gelar baginya karena rajinnya berkeliling menuntut ilmu pada para ahli qurro (ahli qiro'ah). Thowus sempat menjumpai 50 shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau sangat dikenal keilmuan dan ibadahnya. 

Abdullah bin 'Abbas radhiallahu 'anhu bahkan berkata: "Sungguh aku menyangka bahwa Thawus adalah termasuk penduduk Surga". (Siyar A’lam An Nubala’ V:39)

Ibrahim An Nakha’i rahimahullah (Mushanaf Ibnu Abi Syaibah 7309), beliau adalah النخعي ، اليماني ثم الكوفي أبو عمران ، إبراهيم بن يزيد بن قيس seorang pakar fiqh negri Kufah masa tabi'in. Wafat tahun 96 H/716 M, dalam usia kurang lebih 49 tahun. Sekalipun beliau telah bertemu dengan para shahabat, namun tidak diketahui beliau meriwayatkan hadits dari mereka. Beliau dikenal dengan kefaqihan dan kezhudannya.

Ahmad bin Hanbal rahimahullah menyifatinya: "amat cerdas, hafizh, dan shahibus sunnah". (Siyaar IV:520-529)

Al Hasan rahimahullah (Mushanaf Ibnu Abi Syaibah 7310). Beliau adalah الحسن بن علي بن أبي طالب الهاشمي القرشي lahir 15 Ramadhan tahun 3 H/4 Maret 625 M, dan wafat 7 Shofar tahun 50 H/9 Maret 670 M. Ibunya adalah Fathimah radhiallahu 'anhaa -putri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam -, dan ayahnya adalah 'Ali bin abi Thalib radhiyallahu 'anhu. Beliau dan saudaranya, yakni Husein -radhiallahu 'anhuma-  merupakan dua cucu kesayangan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, yang sampai-sampai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda tentang kedua cucunya itu:

 مَنْ أَحَبَّ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ فَقَدْ أَحَبَّنِي، وَمَنْ أَبْغَضَهُمَا فَقَدْ أَبْغَضَنِي

 "Barangsiapa yang mencintai Hasan dan Husein  -radhiallahu 'anhuma- berarti dia mencintaiku, dan barangsiapa yang membenci keduanya, berarti membenciku". [HR. Ibnu Majah 143, Ahmad 7816, Nasa'i 8112. Dalam Sunan Ibnu Majah I:51, yang diberi catatan kaki oleh Muh. Fuad 'Abdul Baqi, dikatakan dalam az Zawaa'id disebutkan: "Sanadnya shahih, seluruh perawinya kredibel". Al-Albani rahimahullah menilai hadits riwayat Ibnu Majah in hasan] [Biografi ringkas ini dikutip dari https://ar.wikipedia.org/wiki/ عطاء_بن_السائب

Atho bin Sa’ib rahimahullah (Mushanaf Ibnu Abi Syaibah 711), beliau عطاء بن السائب seorang imam penghafal hadits dari Kufah (Irak). Beliau termasuk Ulama besar masa tabi’in, hanya saja di akhir umurnya beliau sedikit jelek hafalannya. Hal ini dikatakan oleh Yahya bin Sa'id dan sejumlah Ulama lainnya. Wafat tahun 136 H. https://ar.wikipedia.org/wiki/ عطاء_بن_السائب

Ijma’ Para Ulama Yang Menetapkan Dibencinya Seorang Wanita Shalat Atau Ihram Dengan Munutup Wajahnya


Ibnu Qudamah rahimahullah, disamping beliau sendiri menyatakan dibencinya perbuatan ini, beliau pun mengutip pernyataan Ibnu 'Abdil Bar rahimahullah yang menyatakan bahwa larangan bagi wanita menutupi wajahnya saat shalat dan ihram adalah ijma'. Berikut petikan ucapannya:

وَيُكْرَهُ أَنْ تَنْتَقِبَ الْمَرْأَةُ وَهِيَ تُصَلِّي... قَالَ ابْنُ عَبْدِ الْبَرِّ وَقَدْ أَجْمَعُوا عَلَى أَنَّ عَلَى الْمَرْأَةِ أَنْ تَكْشِفَ وَجْهَهَا فِي الصَّلَاةِ وَالْإِحْرَامِ.

"Dibenci seorang wanita saat shalatnya sambil tanaqqub… Berkata Ibnu 'Abdil Bar -rahimahullah-: "Ulama telah bersepakat bahwa seorang wanita dilarang untuk menutupi wajahnya dalam shalat dan saat ihram". (Al Mughnie I:432)

Penjelasan Arti Tanaqqub


At Tanaqqub artinya menutupi wajah sekaligus mata (baca: cadar full), sementara kalau hanya menutupi wajah namun matanya masih terlihat disebut : التَّبَرْقُعُ (at tabarqu'). Walau yang disebut Ibnu Qudamah rahimahullah dalam masalah ini adalah tanaqqub, tentu tabarqu' pun hukumnya sama, yakni dilarang dikenakan saat shalat.

Bagaimana Jika Wanita Shalat Di Masjid Atau Di Tempat Umum Yang Ada Non Mahramnya, Sehingga Dikhawatirkan Bisa Menimbulkan Fitnah ?


Setelah menjelaskan larangan mengenakan cadar bagi wanita yang shalat dan ihram seperti yang kami paparkan di atas, maka Ibnu 'Abdil Bar rahimahullah mengecualikannya dengan berkata:

فإن كان لحاجة كحضور أجانب , فلا كراهة

"Bila mengenakan penutup wajah itu dilakukan karena kebutuhan yang mendesak, seperti adanya orang asing (yang bukan mahramnya), maka hal itu tidak dimakruhkan". (Kisyaful Qinaa I:268, karya Syaikh Manshur bin Yunus Al-Bahuty Al-Hanbali)

Kesimpulan

  1. Hukum asalnya tidak disunnahkan bahkan termasuk perkara yang dibenci seorang wanita menggunakan cadar dan sebagainya saat shalat maupun ihram.
  2. Jika karena adanya lelaki yang bukan mahramnya berlalu lalang sehingga dikhawatirkan bisa menimbulkan fitnah, maka tidak mengapa wanita tetap shalat dengan menggunakan cadar tersebut.
  3. Namun, jika wanita shalat di rumahnya atau shalat dengan komunitas wanita lainnya dan dalam musholah atau masjid itu tertutup sehingga diperkirakan lelaki tidak bisa melihatnya, maka wanita tidak usah shalat memakai cadar, bahkan hal itu termasuk perkara yang dibenci dalam syariat.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

_____
Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

Group WhatsApp: wa.me/62895383230460

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Hukum Shalat Mengenakan Cadar"