Qadha Puasa Ramadhan Dulu Ataukah Puasa Syawal
Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah
Jangan lakukan puasa sunnah enam hari di bulan Syawal kalau masih punya hutang puasa Ramadhan, mengapa ?
Berikut beberapa alasannya,
Pertama, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Lihatlah hadits di atas, fadhilah enam hari puasa syawal itu harus memenuhi dulu persyaratan penting, yakni "barangsiapa yang berpuasa Ramadhan". (dengan lengkap).
Maka, bagi yang puasa Ramadhannya masih belum lengkap, yakni masih memiliki hutang puasa wajib, baik karena haid atau sakit atau sebab syar'i lainnya, maka dia harus membayar dulu hutang puasa Ramadhannya itu (mengqadhanya).
Karena itulah Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah saat ditanya tentang hukum wanita yang masih memiliki hutang puasa di bulan Ramadhan, bolehkah baginya mendahulukan puasa sunnah Syawal sebelum melunasi hutang puasa Ramadhannya ?
Beliau menjawab:
ذا كان على المرأة قضاء من رمضان فإنها لا تصوم الستة أيام من شوال إلا بعد القضاء ، ذلك لأن النبي صلى الله عليه وسلم يقول: (من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال) ومن عليها قضاء من رمضان لم تكن صامت رمضان فلا يحصل لها ثواب الأيام الست إلا بعد أن تنتهي من القضاء
"Jika seorang wanita memiliki hutang puasa Ramadhan, maka dia tidak boleh puasa Syawal, kecuali setelah selesai qadha, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian diikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal…". Sementara orang yang masih memiliki hutang puasa Ramadhan belum disebut telah berpuasa Ramadhan (secara full), sehingga dia tidak mendapatkan pahala puasa enam hari di bulan Syawal, kecuali setelah selesai qadha". (Majmu’ Fatawa Al-Utsaimin 19:20)
Kedua, pada hadits keutamaan puasa enam hari Syawal itu ada tertulis pada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ
Nah, lafazh "Tsumma (kemudian)" dalam bahasa Arab merupakan ‘Athof (kata sambung) yang bermakna berurutan dan ada jeda waktu diantaranya.
Maka, jika pada hadits itu disebutkan keutamaan pahala puasa enam hari Syawal itu adalah bagi siapa yang puasa Ramadhan dilakukan secara sempurna, kemudian/tsumma diikuti puasa Syawal, maka maknanya harus berurutan dimulai dari puasa Ramadhannya selesai tanpa ada sisa hutang puasa Ramadhan, barulah diikuti puasa Syawal enam hari tersebut. Jika tidak terpenuhi, maka ia tidak akan mendapatkan fadhilah ini.
Ketiga, melunasi hutang puasa Ramadhan itu hukumnya wajib, sementara puasa enam hari Syawal itu hukumnya sunnah.
Dalam kaidah umumnya mendahulukan yang wajib itu mesti diutamakan daripada melaksanakan sesuatu yang sifatnya sunnah.
Atas dasar kaidah ini, Sa’id bin Musayab rahimahullah pernah berfatwa tentang orang yang ingin berpuasa 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, namun dia masih punya hutang puasa Ramadhan yang belum dilunasinya, maka beliau berkata:
لَا يَصۡلُحُ حَتَّى يَبۡدَأَ بِرَمَضَانَ
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF
Telegram: http://t.me/Manhaj_salaf1
Youtube: http://youtube.com/ittibarasul1
Group WhatsApp: http://wa.me/6289665842579
Twitter: http://twitter.com/ittibarasul1
Web: dakwahmanhajsalaf.com
Instagram: http://Instagram.com/ittibarasul1
Facebook: http://fb.me/ittibarasul1
Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.
Posting Komentar untuk "Qadha Puasa Ramadhan Dulu Ataukah Puasa Syawal"
Berkomentarlah dengan bijak