Hal-Hal Yang Bisa Memalingkan Seseorang Dari Kebenaran (Bagian 4)
٤ -التفر يطفي تحري الحق
Tidak bersungguh-sungguh dalam mencari kebenaran.
Orang-orang yang terhalang dari kebenaran, dari jalan yang lurus, diantara sebabnya adalah karena tidak ada kesungguhan mereka bahkan tidak ada keinginan untuk bersungguh-sungguh mencari kebenaran, atau bahkan dia merasa dirinya telah punya ilmu, padahal tidak (punya ilmu). Akhirnya dia tidak mau lagi mencari kebenaran.
Al-‘Allamah Shiddiq Hassan Khan rahimahullah berkata dalam Kitab Qothfu ats-Tsamar Fii Bayani Aqidah Ahli al-Atsar hal.175:
وإنَّما يعرفاحق من خمع خَمع جمسة أوصاف
“Yang bisa mengetahui kebenaran adalah yang mengumpulkan lima perkara".
1. Ikhlas.
2. Pemahaman yang kuat.
3. Tidak mengikuti hawa nafsu (betul-betul memang dia mencari kebenaran).
4. (Kata beliau yang paling sedikit ada pada manusia yaitu) kesungguhan untuk mengetahui kebenaran.
5. Kuat didalam mendakwahkan kebenaran.
Jadi kata beliau (Al-‘Allamah Shiddiq Hassan Khan rahimahullah), bahwa untuk bisa mengetahui kebenaran itu harus terkumpul lima perkara tadi.
1. Ikhlas.
Sebab seseorang yang tidak ikhlas karena misalnya mengharapkan kemasyuran, ketenaran atau karena ingin mencari dunia, biasanya dia tidak akan di bimbing kepada kebenaran, kenapa ?! Karena dia dasarnya adalah bukan ikhlas, sehingga dihatinya akan dikuasai oleh hawa nafsu sesuai dengan tujuannya.
2. Pemahaman.
Sebab kalau ada orang yang pemahamannya dangkal, diapun juga tidak akan bisa mengetahui kebenaran, maka untuk mengokohkan pemahaman ini dia butuh untuk bersungguh-sungguh memahami nash-nash dengan cara bertanya kepada para ahlinya.
3. Inshof.
Sikap inshof ini artinya kita tidak mengikuti hawa nafsu, betul-betul tujuan kita mencari kebenaran. Itu sikap-sikap yang inshof namanya.
Sebab kalau kita masih mengikuti hawa nafsu, misalnya kita ingin membela pemahaman kita yang selama ini kita telah pahami, tapi kita belum tahu dalilnya. Ketika ada yang mengkritik pemahaman kita, kita bela mati-matian benar maupun salah, nah ini namanya tidak inshof.
Demikian pula misalnya kita karena fanatik terhadap suatu madzhab akhirnya kita bela mati-matian madzhab kita, nah ini juga bukan sikap yang inshof, tapi itu adalah sikap yang mengikuti hawa nafsu atau karena misalnya kita condong kepada seseorang karena kecintaan kita akhirnya maka kita bela dia karena dia karib kerabat kita atau teman dekat atau yang lainnya, maka ini juga bukan sikap yang inshof. Ini adalah yang ketiga, sikap inshof.
4. Kata beliau ini yang sedikit adanya yaitu keinginan yang kuat dan semangat yang sungguh-sungguh untuk mengetahui kebenaran, sebab kalau ada orang yang sedang linglung atau kebingungan tapi dia tidak ada kesungguhan dalam mencari kebenarannya (maka) dia akan terus berada di atas kebingungan.
Yang musibahnya terkadang orang yang bingung itu mencetuskan ide yang konyol, seperti mengatakan, “Ah sudahlah jangan merasa paling benar sendiri.“
Kenapa dia katakan itu ?! karena sebetulnya sekarang dia sedang bingung dan dia pun tidak mau mencari dan berusaha mencari kebenaran, padahal kalau dia bersungguh-sungguh mencari kebenaran, melihat dan mengeluarkan seluruh kesungguhan In syaa Allah dia akan mendapatkan kebenaran itu.
5. Kekuatan, kesungguhan dalam menyerukan kepada kebenaran.
Orang yang tidak bersungguh-sungguh menyerukan kepada kebenaran, biasanya dia akan mudah meninggalkan kebenaran, mudah terpengaruh oleh syubhat dan yang lainnya.
Berkata Al-Imam Ibnul Jauzy rahimahullah: “Musibah yang besar adalah seseorang merasa puas dengan apa yang ia ketahui tanpa mau menambah pengetahuan, dan ini menimpa banyak manusia. Kamu lihat orang Yahudi atau Nasrani, mereka menganggap dirinya diatas kebenaran, dan mereka tidak ingin sama sekali melihat dan mencari serta membahas dalil kenabian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berpaling, mereka merasa cukup dengan apa yang mereka miliki.
Kalau mendengar ayat-ayat Al-Qur’an, mereka malah lari bahkan sengaja tidak ingin mendengar, demikian pula semua orang yang mengikuti hawa nafsu. Yang hawa nafsu itu telah kokoh di hatinya. Karena ia misalnya tumbuh di atas sebuah madzhab atau ia melihat suatu perkara itu sebagai sebuah kebenaran menurutnya, lalu kemudian setelah itu diapun tidak mau lagi mau melihat dalil-dalil, tidak pula membahas bersama para Ulama, bertanya kepada mereka untuk lebih memperjelas lagi tentang kebenaran Al-Haq, mana yang salah dan yang benar.” (Kitab Shoidul Khotir hal.374)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata juga dalam Kitab Majmu Fatawaa jilid 3 hal 314:
لكن ينبغي أن يُعرف أنَّ عامَّة من ضل فِي هذا الباب ، أو عجز فيه عن معرفة الْحَقَّ، فإنَّما هو لتفر يطه فِي اتباع ما جاء به الر سو ل ﷺ، وترك النظر، والاستدلال المو صل إلَى معر فته
“Selayaknya untuk di ketahui, bahwa kebanyakan orang yang tersesat dalam bab ini, atau lemah untuk mengetahui kebenaran, itu akibat daripada mereka menganggap remeh dalam mengikuti apa yang dibawa oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak mau membahas dan mencari, dan tidak berusaha sekuat tenaga untuk mencari dalil dan melihat hujjah serta argumen".
Kalau sudah seperti itu biasanya mereka akan berpaling.
Ibnu Taimiyah rahimahullah juga berkata dalam Kitab Aljawabul Shahih jilid 3 hal 85:
وإنَّما دخل فِي البد ع، من قصر فِي اتباع الأنبياء، علمًا وعملًا
“Orang yang jatuh kepada bid’ah itu (akibat dari apa ?) Akibat dari ia lemah dalam mengikuti para Nabi* baik secara ilmu maupun amal.”
Artinya lemah pengetahuannya tentang sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lemah dia beramal untuk mengikuti sunnah Nabi shallallahu ‘alaohi wa sallam, sudah begitu kuat hawa nafsunya, maka orang seperti ini biasanya jatuh pada perbuatan bid’ah.
Ibnu Qayyim rahimahullah juga berkata:
أنه إذا كان مِمَّن قَصُر فِي العلم باعه، فضعف خلف الد ليل وتقاصر عن جَنْي ثماره ذراعه، فليعذر من شَمَّر عن ساق عزمه
“Orang yang lemah ilmunya, lemah kekuatan untuk membahas dan mencari bahkan ia meremehkan, bahkan (malas-malasan) tidak mau dan merasa cukup dengan apa yang ada pada dirinya, maka dia tidak akan bisa keluar dari kubangan kebodohan dan kejahilan".
Oleh karena itulah kewajiban kita adalah terutama ketika melihat perselisihan-perselisihan, hendaklah mengeluarkan seluruh kesungguhan kita untuk mencari kebenaran dengan melihat dalil-dalilnya, dan demikian pula pemahaman yang dipahami oleh para Shahabat, para tabi’in, para tabi’ut tabi’in dan para Ulama yang telah kokoh keilmuan mereka. Wallahu a’lam.
Dari Kitab yang berjudul “Showarif ‘Anil Haq“, tentang Hal-Hal Yang Bisa Memalingkan Seseorang Dari Kebenaran, ditulis oleh Syaikh Hamd bin Ibrahim Al Utsman hafidzhahullah
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc. hafidzhahullah
🔰 Manhaj_salaf1
•┈┈•••○○❁🌻💠🌻❁○○•••┈┈•
Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF
📮 Telegram: http://t.me/Manhaj_salaf1
🎥 Youtube: http://youtube.com/ittibarasul1
📱 Group WhatsApp: wa.me/62895383230460
📧 Twitter: http://twitter.com/ittibarasul1
🌐 Web: dakwahmanhajsalaf.com
📷 Instagram: http://Instagram.com/ittibarasul1
🇫 Facebook: http://fb.me/ittibarasul1
Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.
Posting Komentar untuk "Hal-Hal Yang Bisa Memalingkan Seseorang Dari Kebenaran (Bagian 4)"
Berkomentarlah dengan bijak