Menyikapi Mereka Yang Masih Terjerumus Dengan Berbagai Bid'ah
Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah
Dalam masalah tahdzir (memberi peringatan keras untuk menjauhi seseorang) atau tahjir (memboikot seseorang muslim yang dianggap ahli bid'ah), ummat Islam secara garis besar terbagi menjadi dua:
Pertama, mereka yang antipati sama sekali terhadap masalah ini, sehingga mereka begitu alergi jika mendengar kata tahdzir atau tahjir. Seakan tahdzir atau tahjir ini haram sekali.
Kedua, mereka yang bermudah-mudah dalam menjatuhkan vonis tahdzir maupun tahjir. Mereka umum para pemula yang nyaris belum mumpuni mengkaji ilmu syar'i namun memiliki semangat berlebihan dan bertabiat kasar dan keras hati.
Mereka lebih fasih bicara tahdzir dibanding pelajaran kitab tauhid, aqidah, hadits, tafsir dan sebagainya. Dalam hitungan bulan baru belajar mengaji, biasanya mereka sudah jago dalam bab tahdzir. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.
Lalu bagaimana sikap yang benar dalam masalah ini? Terlebih di zaman ini yang kebanyakan kaum muslimin masih berkubang dalam kejahilan, syubhat begitu dahsyat, sementara para Ulama Ahlus Sunnah semakin sedikit. Apakah hantam terus saja mereka yang dianggap pelaku bid'ah ini?
Berikut kami kutipkan perkatan beberapa Ulama Ahlu Sunnah dalam masalah ini. Semoga bermanfaat.
1) Berkata Syaikh bin Baaz rahimahullah:
وينصح الإخوان ولكن بالرفق، بالكلام الطيب، لا بالتعدي على الناس، ولا بضربهم ولا بشتمهم ولعنهم، ولكن بالكلام الطيب والأسلوب الحسن، قال الله جل وعلا: (ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ) وقال تعالى: (فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِك)
"Hendaklah tetap menasihati ikhwan namun harus dengan penuh kelembutan dengan perkataan yang baik dan tidak dengan kalimat yang melampaui batas terhadap manusia dan jangan pula dengan memukul, mencela dan (apalagi) melaknati mereka." Namun dilakukan dengan ungkapan-ungkapan yang baik dan dengan metode yang baik (pula). Allah Ta’ala berfirman (dalam QS. An Nahl: 125): “Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan dengan nasihat yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik (pula).“ Allah Ta’ala berfirman (pula dalam QS. Ali ‘Imran: 159): "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembutlah kepada mereka, sekiranya kamu bersikap kasar lagi berhati keras, tentu saja mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu."
وقال الله لموسى وهارون لما بعثهما إلى فرعون: (فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى) وقال النبي صلى الله عليه وسلم: «إن الرفق لا يكون في شيء إلا زانه، ولا ينزع من شيء إلا شانه»، ولا سيما في هذا العصر، هذا العصر عصر الرفق والصبر والحكمة، وليس عصر الشدة.
Allah Ta’ala juga berfirman kepada Musa dan Harun ‘alaihi shalawaatu wa sallam, ketika Dia mengutus keduanya untuk mendakwahi Fir’aun (dalam QS. Thaha: 44): "Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata lemah lembut mudah-mudahan ia ingat atau takut." Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: "Kelemah-lembutan tidaklah ada pada sesuatu kecuali akan menghiasinya (menjadikan baik), tidak hilang dari sesuatu (dari kelemah lembutan tersebut) kecuali akan merusaknya." Terlebih zaman ini, zaman ini adalah zaman (yang lebih membutuhkan) kelembutan, kesabaran, serta hikmah dan bukan zaman dengan cara keras.
الناس أكثرهم في جهل، في غفلة إيثار للدنيا، فلا بد من الصبر، ولا بد من الرفق حتى تصل الدعوة، وحتى يبلغ الناس وحتى يعلموا ونسأل الله للجميع الهداية.
(Karena) mayoritas manusia kebanyakan masih jahil (dalam urusan agama) serta lalai lebih mementingkan urusan dunia. Maka mestilah berdakwah itu dengan sabar dan penuh kelembutan agar sasaran dakwah sampai kepada mereka dan sampai mereka mengerti (ilmu agama). Dan kita memohon hidayah kepada Allah untuk semuanya." (Majmu’ Fatawa Ibnu Baaz VIII:376)
2) Fatwa Syaikh Al Albani rahimahullah berkata: "Di antara penyakit yang menimpa penuntut ilmu syar'i adalah ujub (bangga terhadap diri dan lupa daratan) dia merasa memiliki ilmu yang cukup sehingga merasa berani untuk berijtihad sendiri tanpa mengambil bantuan dari penjelasan Ulama salaf. Sebagaimana mereka tidak bersyukur kepada Allah yang telah memberikan taufik kepada mereka, berupa ilmu yang benar dan adab-adabnya, bahkan mereka tertipu dengan diri mereka sendiri, mereka menyangka telah memiliki kemapanan dalam ilmu sehingga muncullah dari mereka fatwa-fatwa yang mengguncangkan, tidak dilandasi dengan pemahaman yang benar berdasarkan Al Kitab dan As Sunnah.
Maka nampaklah fatwa-fatwa ini dari pemikiran-pemikiran yang tidak matang, mereka menyangka bahwa fatwa-fatwa tersebut adalah ilmu yang diambil dari Al Kitab dan As Sunnah, maka mereka sesat dengan pemikiran-pemikiran tersebut dan menyesatkan banyak manusia, dan kalian mengetahui semuanya diantara dampak negatif dari fenomena tadi munculnya kelompok di sebagian negeri Islam mengkafirkan kelompok-kelompok Islam lainnya dengan alasan-alasan yang dibuat-buat, tidak bisa kami kemukakan dalam kesempatan yang singkat ini, karena pertemuan kami ini sekarang khusus sedang memberikan peringatan dan nasehat kepada para penuntut ilmu dan juru da'wah. Oleh karena itu saya menasehati saudara-saudara kami dari Ahli Sunnah wal Hadis di seluruh negeri Islam agar mereka sabar dalam menuntut ilmu dan agar mereka tidak tertipu dengan ilmu yang mereka miliki sekarang.
Mereka harus mengikuti jalan yang telah digariskan, jangan sekali-kali mereka bersandar dengan mengandalkan semata-mata pemahaman mereka atau yang mereka beri nama dengan ijtihad mereka. Saya sering sekali mendengar dari saudara-saudara kami mereka mengatakan dengan sangat mudahnya saya berijtihad atau saya berpendapat demikian tanpa memikirkan akibat-akibat yang ditimbulkan dari ucapan-ucapannya.
Mereka tidak mengambil bantuan dari kitab-kitab fiqih dan hadits serta pemahaman Ulama terhadap kitab-kitab tersebut. Yang ada hanya hawa nafsu dan pemahaman yang dangkal dalam menggunakan dalil, sedangkan penyebabnya adalah ujub dan lupa daratan. Oleh karena itu, sekali lagi saya menasehatkan kepada para penuntut ilmu agar menjauhi segala akhlak yang tidak Islami, di antaranya agar mereka tidak tertipu oleh ilmu yang telah didapatkannya serta tidak tergelincir ke dalam ujub.
3) Agar mereka menasihati manusia dengan cara yang lebih baik, menjauhi cara-cara yang kasar dan keras dalam berdakwah karena Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ.
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk". (QS. An-Nahl: 125)
Allah berfirman dengan ayat tadi karena kebenaran itu sendiri berat atas manusia untuk menerimanya dan berat atas jiwa-jiwa mereka, oleh karena itu secara umum jiwa manusia sombong untuk menerimanya, kecuali sedikit orang yang dikehendaki Allah untuk langsung menerimanya. Apabila beratnya kebenaran itu atas jiwa manusia ditambah dengan beratnya cara berupa kekerasan dalam dakwah, maka itu berarti menjadikan manusia lari dari dakwah kebenaran. Anda perlu mengetahui sabda Rasulallah shalallahu 'alaihi wasallam: "Sesungguhnya diantara kalian ada orang-orang yang membuat orang lari (dari kebenaran)" beliau mengulanginya tiga kali." (dikutip dari http://www.sameeh.net/2015/02/)
Fatwa Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali hafizhahullah berkata:
ومن كان عنده شيءٌ من القسوة أو الشدّة ، فليتق الله في نفسه ، وليرحم إخوانه ، وليحترم هذه الدعوة ، وعليه أن يدرك بأنّه –بهذه الأخلاق المنافية للمنهج وللأخلاق التي جاء بها الإسلام– تضرُّ أضرارًا بالغة ، فليتجرّد لله ربّ العالمين . اﻫـ
“Siapa yang memiliki sikap kasar dan keras (dalam berdakwah -pent), hendaklah dia bertakwa kepada Allah pada dirinya dan hendaklah ia bersikap kasih terhadap saudara-saudaranya. Dan wajib baginya mengerti bahwa memiliki akhlak dengan akhlak yang menyelisihi manhaj dan akhlak yang dibawa oleh ajaran islam sangat memberikan dampak kerugian/mudharat. Maka hendaknya seseorang ikhlas karena Allah Rabbul’alamin." https://www.sahab.net/forums/index.php?app=forums&module=forums&controller=topic&id=156008
Fatwa Syaikh Muhammad Al Imam hafizhahullah, beliau pernah ditanya:
حيث فشت الأحزاب عندنا،وعمت ديار المسلمين- إلا منرحم الله وقليل ما هم -، ما الضابط للتعامل مع عوام الحزبيين أعانكم الله على طاعته ؟
“Saat kondisi maraknya hizb-hizb (yang suka bergolong-golongan dan fanatisme bergolong-golongan -pent) di negeri kami, dan begitu pula pada umumnya menimpa negeri-negeri kaum muslimin (lainnya) selain yang dirahmati oleh Allah, dan betapa sedikit jumlah mereka ini, maka bagaimanakah cara kami berinteraksi dengan orang-orang awam kalangan hizbiyyun? semoga Allah menolong Anda dalam ketaatan kepada-Nya”.
Beliau menjawab:
جماهير المسلمين يُتعامل معهم بالرفق والصبر , والنصح والمثابرة بالنصح لهم ما بين الحين والآخر , ولا يُهجرون , لأنهم ميدان الدعوة , لأنهم ميدان الدعوة إلى الله , فإذا هُجر هذا الصنف فمن ندعو , فلهذا هؤلاء يُحسن إليهم ويُصبر عليهم ويرفق بهم , ويُنصح لهم…
“Mayoritas kaum muslimin semestinya diperlakukan dengan penuh kelembutan, kesabaran dan nasehat. Semestinya kita terus menasehati mereka tiada henti setiap waktu. Dan janganlah kita (terburu-buru -pent) menghajr (memboikot) mereka. Karena mereka (justru) adalah ladang dakwah, mereka ladang dakwah kita kepada Allah. Jika orang semacam ini di hajr/diboikot, lantas siapakah lagi yang akan kita dakwahi? Oleh karena itu, kita mesti berbuat baik kepada mereka, sabar, dan bersikap lemah-lembut serta terus memberikan nasehat kepada mereka.
…أن بعض الأماكن يكون دعاة أهل البدع كثيرين ولهم القبول فقد لا يحصل التأثر بدعوة أهل السنة والقبول إلا قليلاً , وهؤلاء يحتاجون إلى وقت , وكذلك أيضاً إلى استعمال الحكمة أكثر والصبر ونسأل الله عز وجل أن يجعلنا مفاتيح خير مغاليق شر .
Di beberapa tempat, da'i dari kalangan ahlul bid'ah jumlahnya jauh lebih banyak dan mereka ini lebih diterima oleh masyarakat. Sementara dakwah Ahlus Sunnah belum (banyak) memberikan dampak positif dan belum (banyak) diterima kecuali oleh sedikit (masyarakat) saja. Dan membutuhkan waktu. Juga diperlukan langkah-langkah yang hikmah dan kesabaran yang lebih baik lagi. Kita memohon kepada Allah agar (Allah) menjadikan kita sebagai pintu-pintu kebaikan dan penutup pintu-pintu kejelekan." https://www.sahab.net/forums/index.php?app=forums&module=forums&controller=topic&id=109939
(Dengan ada peringkasan dari ana, Berik Said) apakah dengan bersikap lembut kepada umumnya mayoritas pelaku bid'ah di zaman ini dan bersikap lembut kepada mereka berarti kita mentolelir kebid'ahan mereka?
Jawabanya, tentu saja Tidak.
Perhatiakan apa yang dikatakan Syaikh Al Utsaimin rahimahullah berikut:
قد يظن بعض النَّاس أنَّ معنى الرِّفق أن تأتي للناس على ما يشتهون ويريدون، وليس الأمر كذلك، بل الرِّفق أن تسير بالنَّاس حسب أوامر الله ورسوله، ولكن تسلك أقرب الطرق وأرفق الطرق بالنَّاس، ولا تشق عليهم في شيء ليس عليه أمر الله ورسوله.
"Sebagian orang menyangka bahwa makna lembut itu mengikuti apa saja yang menjadi yang diinginkan dan dikehendaki oleh mereka (orang awam pada khususnya). Padahal perkaranya tidak seperti itu. Akan tetapi lembut disini adalah menyikapi manusia sesuai dengan apa-apa yang merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Namun engkau tetap menempuhnya dengan pendekatan yang paling dekat dan paling lembut kepada manusia. Dan janganlah kalian mempersulit pada mereka sesuatu yang tidak ada padanya perintah Allah dan Rasul-Nya." (Syarah Riyadhus Shalihin III:364)
Walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin, wa shallallahu ‘alaa Muhammadin.
🔰 @Manhaj_salaf1
•┈┈•••○○❁🌻💠🌻❁○○•••┈┈•
Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF
📮 Telegram: http://t.me/Manhaj_salaf1
📱 Whatshapp: 089665842579
🌐 Web: dakwahmanhajsalaf.com
📷 Instagram: bit.ly/ittibarasul1
🇫 Fanspage: fb.me/ittibarasul1
Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.
Posting Komentar untuk "Menyikapi Mereka Yang Masih Terjerumus Dengan Berbagai Bid'ah"
Berkomentarlah dengan bijak