Apakah Islam Di Indonesia Mayoritas? (Bagian 2)
Oleh Ustadz Abu Abd rahman bin Muhammad Suud al Atsary hafidzhahullah
Sebuah sample riset sosioreligi terhadap sikap kontra ajaran islam dan sulitnya menerapkan ajaran islam di Indonesia.
Sebelum kita lanjutkan, kita membahas zaman kolonial penjajah kafir barat.
Tidak dapat dipungkiri oleh fakta sejarah, Indonesia merdeka berkat rahmat Allah semata dan kemudian atas usaha perjuangan ummat islam yang bahasa mudahnya disebut kalangan santri. Indonesia merdeka adalah murni karena saham ummat islam. Sedang golongan nasrani, priyayi, dan juga penganut agama lokal, dan kejawen lebih condong pro penjajah karena lebih didorong kebencian sama kaum muslimin yang mayoritas di negeri ini.
Bila kita lihat lembaran sejarah, ummat islam yang pontang-panting memperjuangkan kemerdekaan. Lihat perjuangan pejuang-pejuang Aceh dalam semangat perang sabil dan mengusir orang-orang kape (kafir salibis), kaum paderi dipimpin oleh Ulama, perang jawa yang dipimpin Diponegoro yang menekatkan "ha netepi parentahing Allah ing serat katal" (menyanggupi perintah Allah dalam surah Qital/At Taubah), Antasari, Hasanudin si ayam jantan dari Timur, dan sederet pejuang islam. Tentu dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing individu, namun yang jelas, mereka berjuang dengan landasan islam sebagai agama.
Disebutkan dalam sebuah tulisan, andai agama pribumi Indonesia bukan islam, yang memiliki semangat jihad fi sabilillah melawan penjajah, tentu nasib kita akan menjadi seperti aborigin di Australia dan indian di Amerika, karena kesadisan penjajah kristen terhadap pribumi. Lain halnya dengan para priyayi didikan adat dan ditambah didikan belanda, mereka sama sekali lenyap ghirah perjuangan dan memilih untuk tunduk pada penjajah.
Budi Utomo menolak sejak awal kemerdekaan Indonesia, Ki Hajar Dewantara adalah guru spiritual paguyuban seloso kliwon yang mengajarkan mitisme dan okultisme. Sebelum menjadi taman siswa, Soekarno dan bapaknya adalah pengikut kebatinan hardhapuroso sebelum tercatat sebagai anggota muhammadiyah. Dan secara dokumentasi sejarah, kebanyakan penguasa Indonesia adalah sosok pengemar klenik dan suka dengan jimat, sampai diadakan sebuah acara ruwatan salah satu presiden dengan pagelaran wayang kulit.
Kaum Ulama dan santri setelah selesainya perjuangan dan kemerdekaan tercapai, mereka kembali kebasic sebagai Da'i dan kembali kemeja belajar, bagi mereka perjuangan murni menegakkan kalimat Allah. Sebagian sejarawan menyalahkan tindakan ini, namun kita bisa menerima hal itu dengan beberapa alasan (yang tidak di sini dibahas). Kemudian kantong-kantong pemerintahan diisi oleh sebagian wakil islam, dan oleh kader-kader priyayi dan juga murid-murid didikan belanda. Terlihat setelah kemerdekaan distorsi sejarah, peran umat islam disingkirkan, simbol-simbol hindu budha dan ajaran agama asli ditonjolkan, seakan ummat hendak diputus dari akar sejarah islam, dan di kembalikan pada ajaran pagan jahiliyah.
Dizaman revolusi, taring-taring pemberontak komunis bangkit lagi, didorong oleh alumni didikan soviet yang berbasis anti agama dan juga pembela adat, simbol-simbol kebencian pada islam bertambah bergeliat. Acara teater, ludruk, dan juga ketoprak digaungkan, yang berisi cerita yang mendiskritkan islam, umpama lakon "pejahing gusti Allah" (matinya Allah).
Diawal revolusi dan rongrongan komunis, serta peralihan dari orde lama keorde baru, mulai bermunculan dan menampakkan diri aliran-aliran kebatinan, baik yang menampakkan pro pemerintah dan pro komunis dan adat. Sejarah mencatat, dengan bantuan santri dan Ulama, pemerintah sah Indonesia memenangkan pertarungan ideologi, dan berhasil membasmi komunis yang berbasis marksisme dan kaum adat. Sehingga terjadi dua musibah besar yang menimpa ummat:
1) Muncul dilema bagi ummat islam, dicanangkan asas tunggal, dan dipaksa bahwa agama resmi ada lima.
2) Imbas dari itu adalah untuk menyembunyikan diri, partisan komunis, dan kaum adat memilih untuk masuk islam, atau kristen.
Kaum adat dan abangan kebanyakan memilih masuk islam, karena memandang islam adalah agama mayoritas rakyat dan pemerintah. Sedang partisan komunis, memilih masuk kristen, karena mengangap islam musuh bersama pemerintah. Sehingga terjadi konfersi besar-besaran dibasis komunis, orang-orang kristen baru, umpama Madiun, Kediri, Mojowarno Jombang, Solo dan semisalnya. Sehingga data statistik menujukan banyaknya pertambahan orang-orang kristen tahun-tahun itu, bukan karena keberhasilan misi dan zending, tapi lebih kekonfersi dari komunis kekristen, karena ketakutan penangkapan dan dituduh PKI.
Itulah sekilas sejarah tumbuh kembangnya dan rahasia kebencian pada islam.
Sekarang pembahasan terakhir. Sebuah renungan kita bersama, terutama bagi Da'i dan terkhusus kita orang-orang yang mendakwahkan dakwah salafi, sebagai dasar pemetaan dakwah. Disalah satu seminar budaya dan kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa beberapa tahun lalu. Terucap dari mereka sebuah pertanyaan mengejutkan.
Apakah islam agama mayoritas di Indonesia?
Pertanyaan yang subyektif tentunya. Namun kita tentu harus merenung dengan pertanyaan itu. Jangan-jangan atau mungkin, atau bahkan hal itu sebuah keniscayaan dan sebuah pernyataan itu benar dan kenyataan yang harus diterima, meskipun pahit. Bahkan yang mengejutkan, dalam seminar yang berisi kebencian islam, dan tumpahan kemarahan pada kemayoritasan islam. Mereka berani bertaruh, bahwa Islam dengan non islam (cakupan seluruhnya) adalah 55% islam dan 45% non islam.
Kita selama ini merasa aman atau mengambil sikap aman, karena merasa mayoritas secara data. Namun mengapa, setiap ajakan kepada agama islam yang murni (salafi) dan penerapan dan upaya syariat islam selalu mendapat perlawanan sengit dari ummat islam sendiri, juga dukungan kalangan kristiani dan kaum munafik liberal (JIL) dan agama nusantara (JIN)?
Jawaban:
1) Kita akui bahwa dakwah wali sanga, sebagai dewan dakwah terstuktur, berhasil memasukan orang nusantara secara kuantitatif (jumlah) bisa dibilang sukses. Namun kita sadari secara kualitatif (kualitas) banyak kekurangan (yang wajib kita benahi), benar awal dakwah ini di nusantara bercorak sunni bukan syiah, bahkan syiah mendapat perlawanan, tapi tidak bisa diingkari nuansa sufisme, bukan islam murni (salafi).
2) Uniknya orang nusantara melayu jawa, sifat mereka unik, santun, tidak suka konfrontasi langsung, cenderung menghindari permusuhan, terbuka pada budaya dan agama baru, namun semua mereka terima dengan sinkrtisme yakni tidak bisa tidak, harus dicocokkan dengan budaya setempat, jadilah semua budaya baru dan agama baru menerima perlakuan di bawah agama lama, atau dileburkan.
3) Melekatnya adat berupa berpegang pada ajaran nenek moyang, penyelisihan pada nenek moyang dianggap kuwalat/pamali, bahkan menempatkan nenek moyang di atas segalanya termasuk agama.
4) Banyaknya orang yang dengan berbagai alasan tertentu, masuk islam, baik rakyat jelata, yang mengikuti arus, atau pangre projo (pejabat) yang ingin menyelamatkan posisi, dan juga orang yang benci islam namun memendam agenda tersembunyi untuk menghantam islam dan ini yang banyak.
Tersebutlah orang-orang semacam ronggo warsito, tunggul wulung, atau sebelumnya, joko tingkir, amangkurat, kebo kenongo (sebagai sample) yang menyembuyikan kebencian pada islam, dan hal itu temurun pada generasi setelahnya. Mereka menunggu kesempatan menikam islam dengan semua makar yang bisa dilakukan.
5) Kita akui, keberpihakan penguasa sejak awal kemerdekaan dan sampai hari ini, pada islam tidak ada. Islam hanya diperlukan saat kampanye. Setelah itu dimarjinalkan dan hak-haknya dilucuti demi "ridha" minoritas. Boleh jadi karena sejarah yang panjang dan juga kepentingan. Kita menunggu pemegang kekuasaan yang menjadikan kuasanya untuk agamanya dan ummat, semoga Allah memunculkan pemimpin di Indonesia semacam Muhammad Ibnu Suud yang membela dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab.
6) Makar musuh dari luar, terutama salibis, yahudi, dan kapitalis serta sosialis, yang telah belajar dari sejarah, sengitnya perlawanan pejuang atas imperialis. Maka saat ini mereka gelontorkan dana yang tidak sedikit untuk penghancuran islam dengan berbagai cara, terlebih mendidik "londo ireng" (belanda hitam). Londo ireng adalah pribumi yang memiliki kepribadian penjajah asing untuk memuluskan agenda penjajah. Sifat manusia adalah loba pada harta, rela menjual bangsa dan agama, serta "berganti kulit" demi sebuah kepentingan. Tidak heran, banyak kita temui tipe-tipe ini dimasa kolonialis dan sampai sekarang.
7) Semua hal ini, dari semua rintangan, tentu tidak boleh menjadi batu penghambat para duat Ila llah terkhusus salafi. Fokus utama kita adalah masyarakat yang masih begitu kuat memegang tradisi dan agama moyang mereka. Dan ditengah kesulitan itu, ada cela yang bisa dimasuki. Bahwa, masyarakat kita masyarakat yang memiliki tradisi kesopanan, menjunjung etika, dan memulihkan orang tamu, tidak suka konfrontasi. Bila kita olah hal ini, maka dakwah tauhid, insya Allah bisa termudahkan masuk. Terutama oleh orang yang hatinya masih relatif bagus dan awam, serta tidak diselimuti fanatik, dan tidak terdoktrinasi oleh pemangku adat.
(Selesai).
Maraji':
• Al Milal fi Nihal
• Bidayah wan Nihayah
• Nawaqidul Islam
• Kitabut Tauhid
• Kasyfu Syubhat
• Islamiyah la Wahabiyah
• Syaikh Abd Qodir Jilani
• Manhajul Anbiya fi Dakwah Ila llah
• Taisir Karimir Rahman
• Ensiklopedia Sejarah Nusantara
• Ensiklopedia Kerajaan di Indonesia
• Kamus Besar Bahasa Indonesia
• Kamus Besar Bahasa Jawa
• Fakta baru Wali Songgo Ustad Zainal Abidin
• Dakwah Sunnah Wali Songgo (15 tulisan edisi) Abu Abd rahman
• Api Sejarah jilid 1 dan 2
• Muqodimah Ibnu Khaldun
• Ensiklopedia Agama Kejawen
• Ensiklopedi Aliran Kepercayaan
• Babad Tanah Jawa
• Kitab Wewarah Sapto Darmo
• Tafsir Gatoloco dan Darma Gandul.
• Tafsir Sabdo Palon
• Misteri Syekh Siti Jenar, prof. Hasan Simon.
• Dan sekitar 10 manuskrip lain, baik di museum maupun milik perorangan.
🔰 @Manhaj_salaf1
•┈┈•••○○❁🌻💠🌻❁○○•••┈┈•
Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF
📮 Telegram : http://t.me/Manhaj_salaf1
📱 Whatshapp : 089665842579
🌐 Web : dakwahmanhajsalaf.com
📷 Instagram : bit.ly/Akhwat_Sallafiyah
🇫 Fanspage : fb.me/DakwahManhajSalaf1
Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.
Posting Komentar untuk "Apakah Islam Di Indonesia Mayoritas? (Bagian 2) "
Berkomentarlah dengan bijak