Mencium Mushaf Al-Quran
Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah
Kamu pernah enggak mencium mushaf Al-Quran, atau menempelkannya dikening, atau mendekapnya di dada setiap kali akan atau selesai membacanya sebagai atas nama kecintaan terhadap Al-Quran? Kalaupun belum, kamu pernah tidak melihat mereka yang pernah melakukannya?
Nah apakah hal ini termasuk sunnah? Insya Allah dalam risalah ini ana secara ringkas akan mengulasnya, semoga bermanfaat.
Fatwa Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah:
تقبيل المصحف بدعة لأن هذا المقبل إنما أراد التقرب إلى الله عز وجل بتقبيله ومعلوم أنه لا يتقرب إلى الله إلا بما شرعه الله عز وجل ولم يشرع الله تعالى تقبيل ما كتب فيه كلامه وفي عهد النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم كتب القرآن لكنه لم يجمع إنما كتب فيه آيات مكتوبة
"Mencium mushaf adalah bid'ah. Hal ini karena orang yang mencium mushaf Al-Quran, saat menciumnya bertujuan sebagai bentuk taqarrub kepada Allah. Padahal telah maklum bahwasanya tak boleh melakukan taqarrub kepada Allah, kecuali dengan apa yang disyariatkan oleh Allah 'Azza wa Jalla. Dan Allah Ta’ala tidaklah mensyariatkan untuk mencium apa yang didalamnya tertulis kalam-Nya. Di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Al-Quran juga telah ditulis, walau masih dalam lembaran yang masih berserakan, belum terhimpun.
ومع ذلك لم يكن يقبلها صلى الله عليه وعلى آله وسلم ولم يكن الصحابة يقبلونها فهي بدعة وينهى عنها ثم إن بعض الناس أراه يقبله ويضع جبهته عليه كأنما يسجد عليه وهذا أيضا منكر
Namun bersamaan dengan itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menciumnya dan para Shahabat radhiallahu ‘anhum pun tidak ada yang pernah menciumnya. Maka, hal itu adalah bid'ah. Dan mesti dicegah dari melakukannya. Lantas ada sebagian manusia yang aku melihat dia mencium mushaf tersebut dan bahkan lalu meletakkan mushaf tersebut pada keningnya, seakan-akan ia sedang bersujud padanya. Maka ini juga munkar." (Fatawa Nuur ‘alaa darb li Syaikh al ‘Utsaimin rahimahullah I:42)
Dalam kesempatan lain saat Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah ditanya tentang adakah periwayat dari Shahabat radhiallahu ‘anhum bahwa mereka mencium mushaf Al-Quran atau mendekap Al-Quran itu di dada ?
Maka Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah menjawab:
لا أظنه يصح عن الصحابة, هذا بدعة محدثة أخيراً, والصواب أنها بدعة وأنه لا يقبل, ولا شيء من الجمادات يقبل إلا شيء واحد وهو الحجر الأسود
"Aku tidak menganggap ada informasi yang shahih dari (seorang) Shahabat pun. Ini adalah bid'ah yang diada-adakan di era belakangan ini. Dan yang benar bahwa hal tersebut adalah suatu perkara bid'ah dan tak boleh menciumnya. Tidak ada satupun benda mati yang boleh dicium sebagai bentuk peribadatan kecuali satu, yakni hajar aswad.
وغيره لا يقبل. احترام المصحف حقيقة بألا تمسه إلا على طهارة, وأن تعمل بما فيه. تصديقاً للأخبار وامتثالاً لأوامره واجتناباً لنواهيه
Selain hajar aswad, maka tidak boleh ada benda lain yang dicium memuliakan mushaf Al-Quran yang hakiki adalah dengan tidak menyentuhnya kecuali dalam keadaan suci. Dan engkau beramal dengan apa yang ada didalamnya. Membenarkan segala apa yang dikabarkan Al-Quran. Mengerjakan segala perintahnya, serta menjauhi segala larangannya". https://www.sahab.net/forums/index.php =92730
Lajnah Ad-Da'imah berkata:
لا نعلم دليلاً على مشروعية تقبيل القرآن الكريم، وهو أنزل لتلاوته وتدبره والعمل به
"Kami tidak mengetahui adanya dalil yang menunjukkan disyariatkannya mencium Al-Quran yang mulia. Al-Qur'an diturunkan untuk dibaca, direnungi dan diamalkan". (Fatwa Lajnah Ad Daaimah 4/122, no.8852)
Fatwa Syaikh Al Albani rahimahullah, saat ditanya tentang hukum mencium mushaf Al-Quran, maka beliau menjawab -diantaranya-:
هذا مما يدخل -في اعتقادنا- في عموم الأحاديث التي منها (إياكم ومحدثات الأمور , فإن كل محدثة بدعة , وكل بدعة ضلالة) وفي حديث آخر كل ضلالة في النار فكثير من الناس لهم موقف خاص من مثل هذه الجزئية , يقولون: وماذا في ذلك ؟! ما هو إلا إظهار تبجيل وتعظيم القران
"Menurut keyakinan kami, bahwa perbuatan ini termasuk pada keumuman hadits yang di mana di dalamnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: "Hati-hatilah kalian terhadap perkara-perkara (ibadah) yang diada-adakan, sebab semua ibadah yang diada-adakan adalah bid'ah dan semua bid'ah adalah sesat". Dalam hadits lain disebutkan: "Dan semua kesesatan tempatnya di neraka.“ Kebanyakan orang jika ditanya alasan apa yang melatarbelakangi hal ini ? maka mereka akan mengatakan bahwa mencium mushaf adalah sebagai bentuk pemuliaan dan penghormatan terhadap Al-Quran.
ونحن نقول صدقتم ليس فيه إلا تبجيل وتعظيم القران الكريم ! ولكن تُرى هل هذا التبجيل والتعظيم كان خافياً على الجيل الأول -وهم صحابة الرسول صلى الله عليه وسلم- وكذلك أتباعهم وكذلك أتباع التابعين من بعدهم ؟ لا شك أن الجواب سيكون كمال قال علماء السلف: لو كان خيراُ لسبقونا إليه
Syaikh Al-Albani juga mengatakan:
لا يجوز تقبيل المصحف فتعظيم كلام الله باتباعه وليس بتقبيل أوراقه وبزخرفة صفحاته
"Tidak boleh mencium mushaf. Karena mengagungkan firman Allah adalah dengan mengikuti (hukum-hukumnya). Bukan dengan mencium lembaran-lembaran mushaf dan menghiasi halaman-halamannya". (Mutafarriqot Syarith 244)
تقبيل المصحف لم يكن مأثورا، ولا صح عن أحد من الصحابة، ولا يقاس على الحجر الأسود، ونص بعض الفقهاء على بدعيته، وعجبت لمن يقبله ويخالفه ظاهرا وباطنا
"Mencium mushaf tidak ada landasan dalilnya, tidak ada riwayat yang shahih dari Shahabat, tidak bisa diqiyaskan dengan mencium Hajar Aswad, sebagian ulama ahli fiqih menyatakan dengan jelas bahwa itu merupakan bid'ah, dan saya heran terhadap orang yang suka menciumnya, namun dia menyelisihi isinya lahir dan bathin". https://twitter.com/Arafatbinhass…/status/787903278122164224
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF
Telegram: http://t.me/Manhaj_salaf1
Youtube: http://youtube.com/ittibarasul1
Group WA: http://wa.me/6289665842579
Twitter: http://twitter.com/ittibarasul1
Web: dakwahmanhajsalaf.com
Instagram: http://Instagram.com/ittibarasul1
Facebook: http://fb.me/ittibarasul1
Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.
Posting Komentar untuk "Mencium Mushaf Al-Quran"
Berkomentarlah dengan bijak